Sabtu, 28 Juni 2025

Ditopang Penjualan Kayu dan Sejumlah Produk Turunan Sawit, DSNG Raup Cuan Rp 868 Miliar

Hendrik Hutabarat - Rabu, 30 Oktober 2024 18:17 WIB
Ditopang Penjualan Kayu dan Sejumlah Produk Turunan Sawit, DSNG Raup Cuan Rp 868 Miliar
DSNG
Perusahaan perkebunan kelapa sawit dan perkayuan, PT DSNG, meraup cuan lebih dari Rp 860 miliar sepanjang kuartal III 2024.

Jakarta, asatupro com – Penjualan sejumlah produk kayu-kayuan dan turunan kelapa sawit mampu membuat PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) meraup cuan atau laba hingga Rp 868 miliar pada kuartal III 2024.

Andrianto Oetomo selaku Direktur Utama DSNG dalam keterangan resmi yang diterima asatupro.com, Rabu (30/10/2024), menyebutkan laba tersebut mengalami peningkatan sebesar 72 persen secara tahunan atau year-on-year (YoY).

Sebelum melangkah lebih jauh, perlu diketahui bahwa perusahaan ini telah melantai di bursa saham yang dikelola oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI).

Perusahaan yang didirikan pada 29 September 1980 ini bergerak di bidang kelapa sawit, produk-produk kayu, dan energi terbarukan (EBT).

Baca Juga:

Saat ini, Perseroan memiliki perkebunan kelapa sawit dengan lahan tertanam 112,7 ribu hektar (Ha) dan 12 pabrik kelapa sawit (PKS) dengan total kapasitas 675 ton per jam, ang mengolah tandan buah segar (TBS) menjadi CPO.

Sedangkan di segmen usaha produk kayu, Perseroan memiliki 2 pabrik pengolahan kayu di Jawa Tengah, dengan kapasitas produksi sebesar 150.000 m2 engineered flooring dan 12.000 m3 panel.

Sementara segmen energi terbarukan terbentuk pada tahun 2023 yang diawali dengan penjualan cangkang kelapa sawit sebagai biomasa pembangkit tenaga listrik di Jepang.

Baca Juga:

Dari seluruh laba yang diperoleh, Andrianto Oetomo menyebutkan bahwa segmen kelapa sawit tetap menjadi kontributor utama pendapatan perusahaan, menyumbang sekitar 86 persen dari total pendapatan.

"Peningkatan laba tersebut didorong oleh kenaikan penjualan sebesar 9 persen YoY, mencapai Rp 7,2 triliun dari sebelumnya Rp 6,6 triliun," ucap Andrianto Oetomo.

Selain itu, Andrianto Oetomo menyebutkan bahwa penurunan harga pupuk turut berkontribusi positif terhadap efisiensi biaya.

Dengan demikian, ia melanjutkan, maka EBITDA tercatat tumbuh sebesar 34 persen YoY menjadi Rp 2,1 triliun.

Sekadar mengingatkan, EBITDA adalah singkatan dari earnings before interest, taxes, depreciation, and amortization yang merupakan indikator keuangan untuk menunjukkan laba perusahaan sebelum dikurangi beberapa biaya

Kata dia, kinerja positif ini juga didukung oleh kenaikan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) untuk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), inti sawit atau palm kernel (PK), dan palm kernel oil (PKO).

"Masing-masing tumbuh sebesar 8 persen, 28,2 persen, dan 22,2 persen YoY, dengan harga mencapai Rp 12.421 per kilogram (Kg) untuk CPO, Rp 6.559 per Kg untuk PK, dan Rp 16.014 per Kg untuk PKO," ucap Andrianto Oetomo merinci.

Selain itu, ujarnya, pendapatan produk kayu panel menunjukkan perbaikan, dengan peningkatan sebesar 13,2 persen YoY mencapai Rp 503 miliar.

Dia bilang, hal ini terjadi karena volume penjualan atau sales volume yang lebih baik dengan menangkap peluang pasar kayu yang banyak ditinggalkan oleh kompetitor saat tekanan ekonomi global terjadi pada tahun lalu.

"Perusahaan terus berupaya meningkatkan produktivitas dan menerapkan strategi tata kelola yang baik agar biaya produksi dapat dikendalikan dengan efektif," ucapnya lebih lanjut.

"Hingga akhir 2023, kami telah melakukan peremajaan dengan menumbang 675 Ha pohon kelapa sawit yang kurang produktif dan menanam kembali 500 Ha untuk memastikan kebun kami berada dalam kondisi usia prima atau prime age," beber Andrianto Oetomo.

Di samping itu, pihaknya juga meraup cuan dari bisnis EBT atau renewable energy yang terbukti memberikan kontribusi melalui penjualan cangkang sawit atau palm kernel shell (PKS), dengan pendapatan sebesar Rp 162 miliar.

"Komoditas ini merupakan salah satu produk ekspor utama yang dipasarkan ke Jepang bekerja sama dengan Erex Singapore Pte. Ltd. Hingga kuartal ini, DSNG telah mengekspor sebanyak 84 ribu ton PKS," sambung Andrianto Oetomo.

Tetapi dari sisi produksi, dia bilang jumlah TBS yang diproduksi oleh segmen kelapa sawit pada kuartal III-2024 mengalami penurunan sebesar 5,1 persen YoY, dari 1,64 juta ton menjadi 1,56 juta ton.

Penurunan ini sejalan penurunan produksi yang dialami oleh industri kelapa sawit, terutama yang disebabkan oleh dampak cuaca kering yang terjadi sejak tahun lalu, terutama di wilayah Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

Selain itu, kata dia, perbaikan rendemen (yield recovery) cenderung terhenti di sepanjang tahun 2024, sehingga pertumbuhan output CPO secara industri juga mengalami perlambatan.

Namun demikian, Andrianto mengatakan bahwa sepanjang 2024, perusahaan berhasil mencatatkan peningkatan pada tingkat oil extraction rate (OER) yang berada di kisaran 24 persen.

Hingga kuartal III-2024, Andrianto membeberkan kalau OER meningkat 4,9 persen YoY, dari 22,93 persen menjadi 24,04 persen.

"Selain itu, kadar free fatty acid (FFA) mencapai 2,84 persen, lebih baik dibandingkan batas standar 3 persen, menjadikan CPO yang dihasilkan berkualitas premium," ungkap Andrianto Oetomo.

Secara keseluruhan, dia mengklaim kinerja keuangan DSNG pada kuartal III-2024 mencerminkan posisi keuangan yang kokoh, dengan total aset mencapai Rp 17,4 triliun, naik 7,8 persen YoY.

"Liabilitas perusahaan tercatat sebesar Rp 7,8 triliun, sementara ekuitas mencapai Rp 9,6 triliun," tegas Andrianto Oetomo selaku Direktur Utama DSNG.

Sumber
:
Editor
: Hendrik Hutabarat
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Ada Tujuan Mulia yang Menjadi Latar Belakang Agenda Pelatihan yang Digelar Diklatsi IPS di Kampus UISU
Tingkatkan Kapasitas Petani Swadaya, Musim Mas Group Laksanakan Program BIPOSC
Harapan, Pandangan, dan Pengalaman Berharga Mengemuka dalam Seminar Sawit Ramah Anak yang Digelar DPP PIKI
Produsen Pupuk dan Benih Sawit Temui Petani di Kabupaten Labusel
komentar
beritaTerbaru